Pemilu dan Politik Membelah, Puisi Menyatukan Kembali

Sastra  

Lalu beralih ke Sekretaris Dewan Penasihat Satupena, Wina Armada. Bang Wina juga menyajikan puisi karya sendiri berjudul "Mantra Kiai". Puisi ini mengingatkan kita kembali akan sifat manusia yang bisa terpeleset menyerupai makhluk-makhluk halus tertentu sehingga diperlukan mantra kiai untuk menjaganya. Bang Wina, yang menulis setiap hari, membacakan puisinya dengan ekspresif dan memancing tepuk tangan hadirin.

Ada juga Helmi Yahya, yang kali ini tergerak untuk membaca puisi, sesudah tiga puluh tahun absen berpuisi. Bang Helmi memilih puisi karya Rendra, "Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta". Ia mengatakan dirinya lekat dengan puisi-puisi Rendra. Beberapa kali ia juara baca puisi dan selalu puisi Rendra yang dibaca.

Di acara tersebut, kembali puisi Rendra yang tampil. Puisi yang termuat dalam antologi Blues Untuk Bonnie, ini dipandang banyak pengamat sebagai salah satu puisi Rendra yang paling fenomenal. Jika disimak, puisi tersebut menunjukkan posisi keberpihakan Rendra pada masyarakat kelas bawah, terutama para pekerja seks komersial (PSK). Simaklah beberapa larik berikut:

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"...Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta

Sekarang bangkitlah

Sanggul kembali rambutmu

Karena setelah menyesal

Datanglah kini giliranmu

Bukan untuk membela diri melulu

Tapi untuk lancarkan serangan

Karena

Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan

Tapi jangan kaurela dibikin korban..."

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image