Pemilu dan Politik Membelah, Puisi Menyatukan Kembali
SastraJuga ada sebuah puisi dari Presiden Penyair Indonesia ini yang mengkritik perilaku manusia -- yang "menangis saat beribadah", tapi kemudian berganti perilaku selesai beribadah. Bisa jadi inilah gambaran paradoks atau hipokrit manusia. Simaklah penggalan berikut ini dari puisi ''Cermin":
"...Dalam salat engkau menangis
Dan banjir tangismu hanya sebatas sajadah
Di luar rakaat engkau ngakak
Engkau terkekeh-kekeh
Engkau melupa
Jahanam
Sudah masanya engkau lepas landas dari dunia ini
Sudah waktu
Kalau tidak
Engkau tetap jadi keledai
...
...
Engkau merindu
Tangan-tangan juga yang engkau genggam
Engkau mendamba hakikat
Tapi remah-remah juga yang kau telan
Engkau mencinta Dia
Namun syahwat yang engkau sibukkan
Engkau takut busuk
Namun dengan daging engkau berkawan
Engkau bilang takut nanah
Tapi engkau asyik dengan darahmu yang tergenang
Engkau tidak mengalir
Mangkrak"