Pemilu dan Politik Membelah, Puisi Menyatukan Kembali

Sastra  

Juga ada sebuah puisi dari Presiden Penyair Indonesia ini yang mengkritik perilaku manusia -- yang "menangis saat beribadah", tapi kemudian berganti perilaku selesai beribadah. Bisa jadi inilah gambaran paradoks atau hipokrit manusia. Simaklah penggalan berikut ini dari puisi ''Cermin":

"...Dalam salat engkau menangis

Dan banjir tangismu hanya sebatas sajadah

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Di luar rakaat engkau ngakak

Engkau terkekeh-kekeh

Engkau melupa

Jahanam

Sudah masanya engkau lepas landas dari dunia ini

Sudah waktu

Kalau tidak

Engkau tetap jadi keledai

...

...

Engkau merindu

Tangan-tangan juga yang engkau genggam

Engkau mendamba hakikat

Tapi remah-remah juga yang kau telan

Engkau mencinta Dia

Namun syahwat yang engkau sibukkan

Engkau takut busuk

Namun dengan daging engkau berkawan

Engkau bilang takut nanah

Tapi engkau asyik dengan darahmu yang tergenang

Engkau tidak mengalir

Mangkrak"

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image