Pemilu dan Politik Membelah, Puisi Menyatukan Kembali

Sastra  

Puncak dari Tadarus Puisi ini adalah penampilan para super maestro alias dedengkot sastra Indonesia. Aspar Paturusi bukan sosok yang asing lagi. Ia adalah aktor, dramawan dan novelis Indonesia. Tokoh budaya dan sastra yang 10 April nanti berusaha 80 tahun berjalan perlahan dengan tongkat ke atas panggung. Ya, bukan belia lagi usianya. Tapi, usia itu hilang begitu rupa dan menjelma kembali muda saat ia membacakan beberapa puisi. Dramatik. Mungkin karena beliau aktor, maka caranya membaca puisi membikin ternganga.

Saya beserta semua yang hadir makin terpesona saat Puang Aspar memanggil istrinya, Lasmy, untuk berduet dalam puisi "Tidurlah,Tidur". Puisi terakhir ini, menurut Puang Aspar, diilhami lagu Nina Bobo suku Bugis. Ada bagian di mana pasangan ini saling bersahutan, lalu bersama membacakan larik. Lasmy juga berdendang Nina Bobo sesaat dalam bahasa Bugis. Wow, ciamik.

Kini giliran "presiden seumur hidup", Sutardji Calzoum Bachri. Ayah Tardji, demikian saya biasa memanggilnya, membacakan empat puisinya. Tiga di antaranya berjudul "Cermin", "Ramadhan" dan "Lebaran". Ada sebuah puisi yang menyiratkan keinginannya untuk makin dekat dengan Allah. Ini terlihat dari puisi "Ramadhan"

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image