Sejarah

Kualitas Guru dan Spiritual Suharto: Tidak, Tidak Pahit, Saya Sudah Kapok Jadi Presiden


Suasana kehidupan di rumah Kiai Daryatmo dipenuhi kegembiraan. Soeharto tidak hanya membantu menangani apa saja di rumah, tapi juga turut bepergian ke berbagai tempat, termasuk mengikuti kesibukan pekerjaan Kiai Daryatmo selaku ulu-ulu atau petugas pengairan desa. Ia mulai mengenal tata pemerintahan di tingkat desa, memahami sistem pembagian air bagi pengairan sawah, mengikuti cara bermusyawarah serta gotongroyong para petani dalam mengatur pembagian air irigasi.

Suharto juga tertarik mempelajari posisi Kiai Daryatmo selaku orang pintar yang bisa dimintai tolong untuk mengobati orang sakit, dan memberikan nasihat kepada orang-orang yang tengah dirundung aneka masalah dalam kehidupan. Ia membantu Kiai Daryatmo mengobati orang sakit. Mulailah ia mengenal macam-macam nama daun-daunan dan akar-akaran sebagai bahan ramuan obat, serta menuliskan cara pemakaiannya.

Di masyarakat, orang yang mampu melakukan tugas seperti Kiai Daryatmo disebut dukun. Sebutan dukun diberikan kepada orang yang pada umumnya dianggap memiliki kemampuan supranatural, yang dipercaya bisa membantu mengatasi berbagai kesulitan orang lain.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sebelum pelayanan kesehatan modern menjangkau pedesaan, peranan dukun dalam pengobatan masyarakat sangat menolong dan diperlukan.

Perempuan yang bisa membantu persalinan ibu-ibu juga disebut dukun, tepatnya dukun beranak. Dalam kenyataannya, banyak terjadi penyimpangan pada praktik perdukunan, biasanya yang terkait dengan hal-hal gaib.

Masa berguru dalam pengetahuan kebatinan pada Kiai Daryatmo berakhir ketika ia harus pulang kampung dan melanjutkan sekolah menengah di perguruan Muhammadiyah di Yogyakarta.