Kualitas Guru dan Spiritual Suharto: Tidak, Tidak Pahit, Saya Sudah Kapok Jadi Presiden
Prof.Kiai Ali Yafie adalah ulama yang berani menyarankan Pak Harto turun dari jabatannya sebagai Presiden, tepatnya pada pertemuan sembilan ulama dengan Presiden Soeharto 19 Mei 1998 di Istana Merdeka. Tak kurang dari Nurcholish Madjid dan Malik Fadjar yang mengungkapkan hal tersebut kepada wartawan, sehabis pertemuan yang membahas perkembangan situasi bangsa dan negara yang sedang memanas saat itu.
Pada hemat Kiai Ali Yafie, masyarakat dan mahasiswa yang berdemo serta menduduki DPR/MPR, menunjukkan satu sikap dan pengertiann, yaitu Presiden harus mundur. “Ini mungkin sangat pahit bagi Pak Harto,” tapi Pak Harto menjawab, “Tidak, tidak pahit, saya sudah kapok jadi presiden.”
Pak Harto dengan tenang menambahkan, “Saya paham Kiai, saya paham. Cuma saya tidak mau ini inskonstitusional.”
“Kalau begitu mari kita bicarakan,” sambut pak Kiai yang disetujui oleh Pak Harto. Kisah ini penulis uraikan lebih lengkap dalam Bab: Prof.K.H.Ali Yafie Tentang 9 Ulama Membahas Reformasi Dengan Pak Harto dan Hasilnya. (TONGGAK-TONGGAK ORDE BARU buku ke 3).
Intinya, Pak Harto memiliki kepribadian yang kokoh kuat, sabar, tenang, pandai mengendalikan diri, rendah hati dan menghargai orang lain serta memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Sebuah modal dasar yang besar dalam seni kepemimpinan dan berkomunikasi.
Abah Thoyib, mursyid dari Semengko, Mojokerta, Jawa Timur, menceritakan kepada penulis, beberapa kali Presiden Soeharto mengirim utusan yang meminta agar Pak Harto bisa bertemu langsung dengan Abah dalam kesempatan khusus. Namun dengan rendah hati Abah menjawab tidak perlu bertemu secara fisik. Abah mendoakan agar Pak Harto khusnul khotimah dalam karier maupun kehidupannya.