Carita dari Rumah Betang Suku Dayak: "Sengkarut Lewu"

Sastra  

Aku bergegas ke dapur mencari apa yang ada di meja. Kenta... aha... Lantas kubawakan semangkuk kenta lezat dan menyodorinya ke Turiana, yang masih tampak ngos-ngosan.

Sedetik kemudian matanya berbinar. Dia berhenti mengeluh. Adikku melahap habis makanan dari beras ketan sangrai tersebut. Lalu dia mengambil kendi berisi air putih dari meja dan menuangkan air putih itu ke gelas, lagi dan lagi. Glek..glek..glek.

Aku lanjut mengukir sketsa di lembar belakang. Aku berniat meneruskannya di buku sketsa yang baru dibeli Turiana, jika dua lembar terakhir sudah terisi penuh.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ya... Buku sketsa inilah yang sekarang sedang kupenuhi dengan resah gelisahku. Saat senja kemarin menghampiri, pakat lewu tak jua ada. Maka Bue'-ku, Sang Mantir Adat, Bungan Juru, menghentikan pertemuan dan memutuskan akan ada pertemuan lanjutan dua hari kemudian, pada hari Minggu. Kulihat dia saat itu lagi-lagi tertegun. Bue’ menghabiskan malamnya tanpa banyak cakap. Malam yang muram. Langit yang tak berbintang seolah berempati pada kemuraman lelaki tua itu.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image